vol.2
Guah dan Big Mami
“Mam...”
“Iyah? Ada apa?” dengan nada super
sopan
“Eh, sebel guah lihat loo”
“hahaha”
“Apa sih qilaah?”
“eh. Coba ganti q jadi g.”
“Gilaah...”
“Eh, kurang ajar banget loo, tapi gua mah
terima aja.” dengan nada sunda yang kental
“Hahahaha”
Gelak tawa mewarnai siang yang panas. Suara
kendaraan hilir mudik di jalanan Nayen. Sepoi sedikit angin menghibur keringat
yang mengucur. Ramai suasana posko siang ini, kegilaan yang kami lakukan
membuat gaduh riuh, makhluk isi posko ini memang benar-benar gila. Ada yang
hobi main gitar dan bernyanyi tiada henti, ada yang hobi pake vaselin, sumpah
dia cowok, gua gak bohong. Hahaha.. Ada yang hobi tidur, ada yang hobi masak,
ada yang hobi hunting makhluk lain. Ya, paket kegilaan yang komplit. Bermacam
rasa sifat juga, pemarah kayak gua, ada yang lucu, ada yang polos banget, ada
yang selow, santai di pulaau, seakan ya ini hanya holiday. Suasana posko memang
selalu seramai ini. Ya, ramai!
“Eh, guaah ngerasa sepi gitu pasukan guah
pada pulang ke pekanbaru.”
“Kassiian banget sih situ, kita mah masih
full” ejek nurma yang berperan sebagai big mami di posko kami.
“iih, lo kok tega banget sih, gua sih gak
mau tau loo harus tidur di kamar gua”
“Ish, malas banget gua”
“Eh, lo kok gitu sih?”
“Biar aja”
“hahaha” tanda tawa ini dari aku, aku memang
ahli tertawa di posko ini ketika mendengar kegilaan mereka.
Malam di Nayen begitu gelap, suara lolongan
anjing di tengah malam yang gelap menyerbu bulu kudukku. Ku angkat selimut,
tepatya sarung milik Bapak yang selalu menemani tidurku semenjak perantauanku
di kampus. Ya, melepas kangen pikirku. Seketika aku terlelap, mungkin karna
capek dengan aktivitas seharian. Tepat pukul 01.00 WIB, pengen banget pipis,
gak bisa ketahan lagi, aku terbangun, suasana di luar posko ramai banget. Ada
apa pikirku, kedengarannya seperti suara panik, kuberanikan diri keluar kamar,
tujuan utamanya ya pipis. Selesai pipis, aku semakin penasaran karena ada
beberapa warga yang hadir.
“telpon terus dani tuh jangan sampe putus
telponnya.” Teriak sari panik
Loh ada apa dengan Dani? Kenapa dia? Pikirku
dalam hati.
“Ada apa?”
“Amek dari jam 12 tadi pergi belum balik,
dan dia gak bawa hp”
“loh, kok bisa? Terus dani kenapa?
Seketika
lututku lemas, terbayang cerita macam-macam yang terjadi selama pengabdian dari
berbagai desa yang kudengar. Gimana kalau amek hanyut di sungai Kuantan? Gimana
kalau dia di bunuh orang? Atau mungkin dia mabuk dan di hajar warga? Belum
selesai pikiran negatif diotak kecilku, nurma lenjut bercerita.
“tadi
dani tuh didatangin pemuda, pemudanya tuh pake muka sangar and marah gitu,
bilangnya suruh lihat si amek tuh, jadi paniklah kami, dani lagi nyari-nyari
dia”
“halo?”
suara hp yang masih tersambung
“hah,
gimana dan?
“gak
ada dimana-dimana”
“pulanglah
dulu, tapi telpon gak usah di matiin” kata mami kami, nurma
Seketika
aku terduduk lemas, pemikiranku semakin buruk, berlarian ke arah segala yang
buruk, pembunuhan, hanyut, hilang, meninggal. Oh, God! Help us
Di
posko udah makin ramai, koordinator kecamatan dan semua koordinator desa serta
beberapa warga berkumpul di depan warga. Semua panik, gila ini udah malam dan
gimana kalau terjadi sesuatu yang bear-benar buruk?
Sekarang
udah jam 2 malam, dan dia belum balik, bayangin guys gimana paniknya kami,
bayangiiin!
Gelap
malam dan suasana panik yang mengalahkan suasana mistis mulai mencekam,
beberapa dari tim kami mulai mencari kesana kemari. Dari suasana panik yang
mneyelimuti dini hari, sorortan lampu di kegelapan malam terlihat, bayangan
motor menuju posko kami. Sosoknya seperti..
“itu
kayaknya amek”
“Oke,
semua diam! Perintah pak korcam
Jalan
motor itu semakin melambat, entah apa maksudnya. Semakin mendekat dan...
“ngapain
kalian ngumpul di depan gini?”
Kalian
tau itu siapa? Dia amek dengan senyuman di wajah dan badan mulus total, gaka da
lecet gak ada tanda ancaman gak ada tanda pemerasan, Dia selamat total. Oh my
god, aku sedikit tertawa dan segera masuk kamar.
Dari
dalam kamar, kudengar suara teman-teman yang mulai menggerutu dan marah-marah.
Kami benar-banar seperti orang bodoh!
Selassar
kudengar penjelasan singkat amek,
“Tadi
aku dipaksa ikut pemuda mabuk, gak boleh izin dulu ke kalen aku diancam”
Aku
kembali menarik selimut, teman-teman masih gerutu, marah-marah, kesal. Namun,
sebelum terlelap aku tersadar ini bukan sekedar pengabdiaan biasa, ada keluarga
yang tercipta. Ada keluarga baru yang mau bertahan lama menunggu di luar demi
keselamatan anggota keluarga yang lain. Ya, keluarga dengan beraneka rasa. Tapi
lo perlu tau, hidup itu nano-nano, seindah keluarga di sini. Aku pejam mata dan
tidur.
“Aku
ingin menyaksikan kisah lain besok, aamiin” tutupku.
Banuaran,
10 Agustus 2015
Oemy21
Komentar
Posting Komentar