Postingan

where are we stand?

Assalamu'alaykum wr wb.. Bismillahirahmanirahim... Aku selalu dan akan terus berlindung kepada Allah dari segala hal yang aku kerjakan dan apa yang akan terjadi padaku. semoga begitu juga dengan tulisanku. Menjadi bagian dari dunia pekerjaan adalah hal yang aku nantikan, banggakan sekaligus aku khawatirkan. Where am I stand? But, it is really amazing,  menjadi bagian dari keindahan pendidikan dan melihat tingkah laku majemuk dari peserta didik. I grateful to be here ... Guru seperti apa yang memberikan dampak baik bagi peserta didiknya? Guru seperti apa yang menyenangkan bagi peserta didiknya? Guru seperti apa yang tetap dan selalu dihormati dan dicintai oleh peserta didiknya? Itu yang selalu aku pikirkan ketika aku akan memberikan ilmu kepada anak-anakku. Kenapa aku tidak memikirkan, bagaimana anak-anak dapat memperoleh nilai maksimum? entahlah, yang kupercaya moral dan akhlak yang baik dapat mendorong mereka untuk mengetahui kewajibannya untuk belajar dan mencapai cit

Menata Galaksi

Bismillah.. Tata Surya dan Galaksi Bimasakti begitu rapi, susunan apik Sang Pencipta Sang Kreator Hebat Yang tak akan pernah gagal membuat hati berdecak Masya Allah. Belum lagi bergeming, ada Bumi pijakan indah penuh melodi kehidupan, air yang mengalir dan awan yang menggantung, Hijau hutan dan merahnya tanah. Aku sedang bergerak mensyukuri setiap melodi penuh harmoni.. Tidak mars tidak venus, kita terlahir pada hamparan bumi, planet biru yang didalamnya tersimpan sejuta nafas. keteraturan pohon menjulang dan laut yang membentang mengisi pundi paru dengan oksigen penuh kehidupan. Pikir tentang jika bukan bumi maka tidaklah seindah ini, Pun telah Dia sempurnakan Ciptaan Nya sehingga Bumi lah pemilik nafas. Aku tidak sedang begitu bahagia saat ini, penuh dengan gejolak pemikiran dan ketidakmampuan bermanfaat. Namun sepanjang aku bernafas kuhimpun syukurku dalam-dalam. Kelak dan sudah pasti ada tanah yang akan kugarap untuk kutumbuhi buah kebermanfaatan jika aku berusaha dengan bena

Matahari tidak mengkhianati bulan: tentang pertemuan singkat

Ada suatu masa, dimana matahari, bumi dan bulan dipertemukan pada satu garis, menuju kebesaran Nya. Pagi itu kurasa berbeda, suara lantunan ayat suci Al quran dari mesjid terdekat terus bergema,meski jam sudah menunjukkan pukul 06.30. Apa yg spesial dari pagi ini? Aah, aku berlonjak dari tempat tidurku, aku ingat ada berita gerhana matahari yg dapat dilihat di Indonesia. Aku mengintip suasana langit, ragu mencari letak mentari. Masihkah terbit di sisi yg biasanya? Terduduk lemas aku mengamati matahari yg tertutup perlahan oleh bulatan hitam kecil dari arah pandanganku. Nyatakah pemandangan ini? Pelajaran apa yg sedang Allah ajarkan pada manusia? Tak terasa air mata mengalun begitu saja merasakan diri yg terlalu kecil, sangat kecil dihadapan kebesaran Nya. Kutilik lagi, pertemuan matahari dan bulan ini begitu fenomenal. Bulan yg selalu meminta cahaya matahari untuk bercahaya dan bumi yg terlalu manja meminta cahaya dari keduanya.

Seperti seorang Ayah

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.. Malam ketiga Ramadhan, suara suara surga terdengar merdu lewat angin yang tertiup lembut. Ah, sayangnya aku masih harus 'libur' berlomba pahala d bulan penuh berkah ini. Selagi aku mendengarkan alunan ayat suci Al Quran, tetiba aku teringat seorang dosen, guru dan seorang Ayah bagi kami. Sifatnya seperti besi, keras. Pemikirannya brilian seperti intan. Perawakan timur khas, dan suaranya yg mengema bebas. Namun, entah mengapa kasih sayangnya terasa berbeda. Aku mencintai seluruh Ayah n Ibu d perkuliahan ini. Namun sosoknya begitu berbeda. Ia marah jika aku salah, menegur, menasehati, menghukum, dan kemudian kembali memelukku erat. Sosok yg sama seperti Ayah. Terkadang aku tertawa kecil membayangkan sikap beliau, tapi tak terasa air mata terkadang mengalir haru. Sosok inspirasi penuh dengan pengalaman hidup, Drs.H. R. Usman Rery, Ayahku.

poem

Daun Khatulistiwa Umi Laeliyah Gema kaki mengusik embun yang enggan turun, Tangan lentik mengibas hamburan fajar yang berkilauan, Tanah yang tenang menekuk-nekuk berirama dengan sepatu buluk, Udara yang masih sejuk berselisih dengan badan bungkuk, Mengikis kulit-kulit kayu kuat baris per baris, Ehm, penyadap karet. Kaki yang berayun cepat dengan tangan gontai Berlomba dengan mentari yang mulai meninggi Menagih uang pada alam, kiranya masih mengucur getah-getah berharga itu Sembari menggumamkan kidung-kidung lawas, Mengajak tersenyum pohon yang tergores. Sampai di ujung baris dan beradu pundak dengan si pohon. “Terima kasih” ucapnya lirih Para daun khatulistiwa, merambah alam. Sekalipun hanya bergurat lemah, giat menyusun titik-titik kehidupan Sekalipun bergerak pelan, giat mengolah asupan masa depan. Hijaunya menyelimuti keindahan negri, Dekapannya menampung bakal-bakal masa depan, Daun khatulistiwa tidak menangis walau tinggal di pucuk kering Daun khatulist

vol.2

Guah dan Big Mami             “Mam...”             “Iyah? Ada apa?” dengan nada super sopan             “Eh, sebel guah lihat loo”             “hahaha”             “Apa sih qilaah?”             “eh. Coba ganti q jadi g.”             “Gilaah...” “Eh, kurang ajar banget loo, tapi gua mah terima aja.” dengan nada sunda yang kental             “Hahahaha” Gelak tawa mewarnai siang yang panas. Suara kendaraan hilir mudik di jalanan Nayen. Sepoi sedikit angin menghibur keringat yang mengucur. Ramai suasana posko siang ini, kegilaan yang kami lakukan membuat gaduh riuh, makhluk isi posko ini memang benar-benar gila. Ada yang hobi main gitar dan bernyanyi tiada henti, ada yang hobi pake vaselin, sumpah dia cowok, gua gak bohong. Hahaha.. Ada yang hobi tidur, ada yang hobi masak, ada yang hobi hunting makhluk lain. Ya, paket kegilaan yang komplit. Bermacam rasa sifat juga, pemarah kayak gua, ada yang lucu, ada yang polos banget, ada yang selow, santai di pulaau, seakan ya

Jalur Kisah di Nayen

Gambar
JALUR KISAH DI NAYEN Kita bisa memilih jenis pohon unggul dan terbaik, namun  kita tidak bisa memilih bagaimana pohon menumbuhkan ranting, daun, serta buahnya. Kita hanya bisa berusaha memupuk pohon itu agar tumbuh dengan baik dan indah. Begitu juga dengan kisah kehidupan, seperti kisah kita di skema kehidupan kali ini, jalurnya ditentukan oleh Nya tetapi kisahnya kita yang membuat indah. Suatu kisah di Nayen, antara aku, kita, dan tanah baru... Menata Berlian di Senja Hari Kelabu tidak sama dengan warna senja, itu pasti... Senja memang indah, menggantung di pusara langit, menguning di perantara malam bertahta di keagungan Nya. Ini kali mengapa menatap langit senja begitu menyenangkan. Menunggu hadirnya gelap waktu untuk menyalakan cahaya masing-masing, ya kali kita punya cahaya, jika tidak maka habislah bersama gelap. Kali ini belum senja, langit di tanah pijakan baru indah sekali tersenyum menyambut tugas baru bersama keluarga baru. Lelah mengurusi segala persi