Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2015

Perjalanan

Kutapaki jalan tanah dengan lebar tak lebih dari 2 meter, sekelilingnya masih rimbun pohon-pohon alas.  Sesekali kawanan monyet, beruk, babi bahkan anjing tak segan hadir. Pelan sengaja kubuat langkah kakiku, sekalipun berani, aku juga takut. Jika kupikirkan cerita orang tentang perilaku hewan2 liar, aku berlari kencang, sambil lihat kanan kiri, atas bawah. Kupikirkan jika babi nyeruduk ngejar tanpa belok, apakah aku harus memutar arah? Sesekali aku takut dari atas pepohonan kawanan monyet menubruk n mencakar aku. Atau jika aku tak hati2, bisa saja kaki ku di gigit oleh ular berbisa. Ah, aku hanya butuh lari. Jika hari mulai redup mulutku tak anyal komat- kamit berjalan d semak belukar, jika tidak kubacakan ayat kursi yg d ajarkan bapak, maka ku rapalkan mantra, "slaman,slumun,slamet anake kaki adam lagi lewat" seperti yg d ajarkan mbah ku. Atau keduanya, ya lebih aman pikirku. Ehm, jarak sampai jalan besar mungkin 500 m, Dengan nafas terengah-engah kakiku menapaki jalan y

Bencana Kecil

Karbondioksida, karbonmonoksida, sianida, dan teman- temannya kini bahagia, tidak perlu bermain ribuan kaki dari kerak bumi. Kini mereka ditempatkan dengan bangga oleh penduduk bumi tepat d depan mata, tepat d dekat hidung, tepat bersanding dengan mulut. Aku yakin merka sedang berbahagia terbang menari dan mendesak oksigen jauh, mengusir oksigen jauh dari penduduk bumi. Ah, aku salah mengatakan penduduk bumi. Yang benar, "penduduk riau". Betapa malangnya... Negara dengan ribuan pulau ini mungkin sedang mengunci pintu Riau, Asik dengan pembangunan kereta listrik. Pembangunan wisata, Pembangunan pusat olahraga. Tidak salah, namun mengapa pintu Riau d kunci? Bencana kecil? Wah, kali saja benar karna tidak sedahsyat Kiamat kelak. Seperti yang aku paparkan d atas, zat zat berbahaya mulai berkeliaran d bumi Riau. Jika pintu tertutup, bagaimana mengatasi racun ini ? Karna terlalu lama terkunci, kini racun semakin mengganas, sisa oksigen 5 % . Apakah penduduk Riau masih